Rabu, 23 Januari 2013

Harapan



Hari itu tangal 4 bulan Maret tahun 2011 , Keputussan bulat akan jenjang kehidupan yang akan datang telah diputuskan , seorang yang mulai termakan usia naik kekereta memeluku erat dan membisikan kata "hati-hati nak disana, jaga dirimu baik-baik" seraya pelan dan penuh kesan , iya dia orang yang selalu aku puja dan ku puja siapa lagi kalau bukan ayahku .

Dalam matanya tersirat sebuah harapan besar tentang aku anaknya , Terdengar hela nafas yang sesak, sesesak sesaknya serasa mata ingin menumpahkan segalanya mencurahkan air yang tidak mampu dicompresi menjaddi kata-kata yang lebih bermakna. Bertahan untuk tetap tegak dan tegar memstikan pada tubuh yang memluku saat itu , agar tidak ada khawartir sedikitpun padaku.

pintu mulai tertutup kereta berjalan perlahan dan kepala mulai menunduk pilu mengingat hari-hari yang ada didepanku saat itu , seraya percaya tidak percaya aku mulai menjauh menuju kehidupanku tanpa sosok kuat dalam hidupku motivasi besar untuku menggapai semua mimpi-mimpiku untuk siapa kalau bukan ayahku juga haati yang tertanam padanya sang ibu.

suara bantalan kereta yang bergesekaan dengan rodanya semakin membuatku tertunduk pilu , mengingat kehidupan lelaki tua yang selalu ku rangkul dan sekarang aku meninggalkannya sendiri sebatang kara , apakah ayahku mampu , apakah ayahku akan baik-baik saja tanpaku , siapa yang akan menyiapkan makanan untuknya? siapa yang akan membuatkannya kopi saat sore tiba? siapa temannya untuk berbicara mengenai acara tv yang sudah dia lihat , berjuta tanya berbagai persepsi .

Sejak aku umur dua tahun ayahku mengantikan ibuku mengurusku, yang tadinya ibu jadi kedua orang tuaku sekarang harus berubah 180 derajat lemah lembut sang ibu harus tergantikan dengan sosok keras kepala , arogan dan tempramental sosok yang mendidiku dari kecil hingga membuatku menjadi laki-laki yang harus terus berjuang demi membahagiakanya suatu saat nanti suatu hari nanti .

Derasnya hujan membasahi jendela kereta, mengingat semua itu mata yang tadinya layu hati yang tadinya mulai terus membiru perlahan memerah, Sudah sejauh ini dan kau tidak bisa kembali satu satunya hal yang aku miliki saat ini hanyalah restu tuhanku, usaha keras hati yang kokoh dan harapan yang besar untuk meraih sebuah mimpi kecil , mimipi untuk bisa memberikan senyum dihari tua ayah ibuku "Mau tidak mau tembok keras didepan harus ditembus."

Senyuman cerita harapan juga kelembutan siapa lagi yang akan mengangapmu sebagai pemenag saat semua orang meneriakimu sebagai pecundang kalau bukan ayah ibumu, siapa yang akan merangkulmu saat berbagai duri menikammu saat terjalnya batu menghadngmu siapa yang akan menguatkanmu disaat-saat tersulit siapa ?? Pacar teman dekat saudaramu pun kadang acuh terhadap hidupmu , hanya mereka kedua orang tuamu yang mampu tak satu pun ada cinta perasaan sayang sekuat perasaan merea terhadap kalian anaknya. Mulailah mengerti orang tuamu kekhawatirannya , sifat kerasnya semua tak satu dan tak bukan hanyalah bentuk dari rasa sayangnya terhadap anaknya. jangan sampai terlambat menyadari ini semua bahwa ego dari sifat kita masa remaja hanyalah bersifat sementara saja.

Inilah tekat membara seorang anak kepada orang tuanya dan percayalah pahit ini hanya sesat , Bertahanlah ayahku ibuku suatu saat nanti akan kuberikan dunia ini dipangkuan kalian , ingatlah janji dari anakmu, laki-laki kecil yang akan terus menyayangimu sampai kapanpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar